A.
PENGERTIAN HARAPAN
Harapan atau asa adalah
bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau
suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada
umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan
terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya
harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang
mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.
B.
PERSAMAAN HARAPAN DAN CITA-CITA
Harapan harus
berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan
kepada Tuhan yang maha esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan
sungguh-sungguh. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung
pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi
bintar.
Harapan hampir mirip dengan
cita-cita, hanya saja biasanya cita-cita itu adalah sesuatu yang diinginkan
setinggi-tingginya, sedangkan harapan itu tidak terlalu muluk. Meskipun
demikian, harapan dan cita-cita memiliki kesamaan, yaitu :
1. Keduanya menyangkut masa depan
karena belum terwujud.
2. Pada umumnya baik cita-cita
maupun harapan adalah menginginkan hal yang lebih baik atau lebih
meningkat.
C. CONTOH
HARAPAN
1.
Seorang siswa yang ingin mengikuti ujian
nasional berharap akan mendapatkan nilai Ujian dengan nilai yang baik.
2.
Seorang bisnisman yang berharap
memenangkan tander bagi perusahaannya.
3.
Seorang ibu yang berharap anaknya menjadi anak yang
sukses dan berguna bagi lingkungan
dan bangsanya.
4.
Seorang mahasiswa yang berharap mendapatkan nilai
IPK yang tinggi.
D.
PENGERTIAN DOA
Doa adalah permohonan
kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan
kemaslahatan yang berada di sisi-Nya. Sedangkan sikap khusyu’ dan tadharru’
dalam menghadapkan diri kepada-Nya merupakan hakikat pernyataan seorang hamba
yang sedang mengharapkan tercapainya sesuatu yang dimohonkan. Itulah pengertian
doa secara syar’i yang sebenanya.
Doa
dalam pengertian pendekatan diri kepada Allah dengan sepenuh hati, banyak juga
dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Bahkan Al-Qur’an banyak menyebutkan
pula bahwa tadharu’ (berdoa dengan sepenuh hati) hanya akan muncul bila
di sertai keikhlasan. Hal tesebut merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh
orang-orang shalih. Dengan tadharu’ dapat menambah kemantapan jiwa, sehingga
doa kepada Allah akan senantiasa dipanjatkan, baik dalam keadaan senang maupun
dalam keadaan susah.
E.
MACAM-MACAM DOA
Macam-macam doa yaitu :
(1) Do’a
ibadah.
Adalah pujian kepada Allah
SWT dan berzikir kepada-Nya. Jadi semua do’a adalah ibadah karena mencangkup
dua hal diatas.
(2) Do’a
masalah.
Adalah do’a yang dipanjatkan
kepada Allah SWT pada saat kita menghadapi suatu masalah. Karena manusia itu
tidak ada yang tidak luput dari masalah.
(1)
Do’a Sebelum Makan
Allahumma
baarik lanaa fiimaa razaqtana wa qinaa ‘adzaa-bannaari
Bismillahirrahmaaniraahiimi.
Artinya : Ya Allah berkahilah kami dalam rezki yang telah Engkau limpahkan kepada kami, dan peliharalah kami dari siksa neraka. Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (HR. Ibnu as-Sani)
Artinya : Ya Allah berkahilah kami dalam rezki yang telah Engkau limpahkan kepada kami, dan peliharalah kami dari siksa neraka. Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (HR. Ibnu as-Sani)
(2)
Do’a Sesudah Makan
Alhamdulillahilladzii
ath’amanaa wa saqaanaa wa ja’alanaa muslimiina.
Artinya : Segala puji
bagi Allah Yang telah memberi kami makan dan minum, serta menjadikan kami
muslim. (HR. Abu Daud)
(3)
Do’a Sebelum Tidur
Bismikallahhumma ahyaa wa bismika amuutu.
Artinya : Dengan nama-Mu
ya Allah aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati. (HR. Bukhari dan Muslim).
(4)
Do’a Sesudah Bangun Tidur
Alhamdulillaahil
ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin nusyuuru.
Artinya : Segala puji bagi
Allah yang menghidupkan kami setelah mematikan kami. Kepada-Nya-lah kami akan
kembali (HR. Bukhari).
G. PENGERTIAN KEPERCAYAAN
Kepercayaan
berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran.
Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan
akan kebenaran.
Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena
hasil penyelidikan sendiri, melainkan karena diterima orang lain. Kebenaran
pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang itu
dipercaya. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan
artinya diberikan Tuhan, baik langsung atau tidak langsung kepada manusia.
1.
Teori Korespondensi (Correspondence Theory of Truth)
Teori kebenaran
korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan
adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam
atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan
dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu
pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu
fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan
dengan teori-teori empiris pengetahuan. Teori kebenaran
korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal, sehingga dapat
digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional karena Aristoteles sejak awal
(sebelum abad Modern) mensyaratkan kebenaran pengetahuan harus sesuai dengan
kenyataan yang diketahuinya.
2.
Teori Koherensi (Coherence Theory of Truth)
Teori kebenaran koherensi adalah
teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi. Suatu
pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari
pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis. Teori
Koherensi/Konsistensi (The Consistence/Coherence Theory of Truth) memandang
bahwa kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan
pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan
diakui sebagai benar.
3.
Teori Pragmatik (The Pragmatic Theory of Truth)
Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Teori Pragmatis (The Pragmatic Theory of Truth) memandang bahwa “kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis”; dengan kata lain, “suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia”.
4.
Teori Struktural Paradigmatik
Suatu teori dinyatakan benar jika
teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas
ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut. Banyak
sejarawan dan filosof sains masa kini menekankan bahwa serangkaian fenomena
atau realitas yang dipilih untuk dipelajari oleh kelompok ilmiah tertentu
ditentukan oleh pandangan tertentu tentang realitas yang telah diterima secara
apriori oleh kelompok tersebut.
5.
Teori Performatik
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran
diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu. Contoh pertama
mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau
keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa
ulama tertentu atau organisasi tertentu. Masyarakat
yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis dan
rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti
kebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih
sangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka
tidak berani melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan
rasio untuk mencari kebenaran.
I. USAHA USAHA MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA KEPADA TUHAN
Berbagai usaha
dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha itu bergantung kepada
pribadi, kondisi, situasi dan lingkungan. Usaha itu antara lain :
a.
Meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah kita.
b.
Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat (ambek paramartha).
c.
Mengurangi nafsu pengumpulan harta yang berlebihan.
d.
Menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah dan sebagainya.
ANALISA
Dalam setiap kehudipan manusia yang
pastinya mempunyai harapan, kita tidak boleh kita tidak boleh menyerah untuk
mewujudkan harapan tersebut. Karena harapan dan keinginan itu lah yang membuat
hidup kita menjadi lebih berarti di dunia ini, yang selalu memberikan dorongan
agar kita tetap melakukan dan memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan.
Selain itu kita juga harus berpedoman
terhadap kepercayaan kepada Tuhan YME. Dengan usaha dan doa yang seimbang,
diharapkan kita dapat mewujudkan apa yang kita inginkan dengan tetap berada
dalam norma-norma masyarakat yang berlaku dan tidak merugikan orang lain.
Selain itu juga untuk mempersiapkan mental kita jika harpan yang diinginkan
tidak tercapai, sehingga tidak membuat kita putus asauntuk terus mencoba.
PENUTUP
Kesimpulan
Harapan berasal dan kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Harapan bukan hanya terucap dari mulut saja melain dan dengan usaha dan doa, tanpa usaha dan doa pasti harapan terbuang dengan sia-sia. Harapan juga, harus dibarengi oleh rasa optimis karena optimis adalah factor mengharapkan sesuatu yang terbaik dari situasi tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Inu kencana Syafi’i, Filsafat kehidupan (Prakata),
Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Abbas, H.M., 1997, “Kebenaran Ilmiah” dalam: Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Intan Pariwara, Yogyakarta.
Abbas, H.M., 1997, “Kebenaran Ilmiah” dalam: Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Intan Pariwara, Yogyakarta.
Titus, Harold H., dkk., Living Issues in Philasophy,
Lihat juga Terj. H. M. Rasyidi, Persoalan-Persoalan Filsafat, Jakarta: Bulan
Bintang, 1987.
Suriasumantri, Junjun S. 1984. Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Jujun S. Sumiasumantri. Filsafat Ilmu,Sebuah Pengantar
Populer, Jakarata: Pustaka Sinar harapan, 1990
https://galihsyaifurrahman.wordpress.com/2013/01/19/ilmu-budaya-dasar-bab-xi-manusia-dan-harapan/
https://galihsyaifurrahman.wordpress.com/2013/01/19/ilmu-budaya-dasar-bab-xi-manusia-dan-harapan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar